Nilai-Nilai di Dalam Sebuah Keikhlasan/Pengorbanan di Dalam (Yadnya)
Yadnya
berasal dari Bahasa sansekerta dari kata Yaj yang berati memuja atau melakukan
pengorbanan. Dari kata yaj timbul beberapa kata, Antara lain: yajus, yajna dan
yajamana. Kata yajna sendiri berarti korban suci, yajamana artinya orang yang
melaksanakan yajna. Jadi pengertin yajna (yadnya) adalah korban suci yang tulus
ikhlas tanpa pamrih untuk kepentingan umat manusia dan alam sekitarnya.
Yadnya
adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas kerena getaran jiwa/
rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu
yang ada (Weda). Yadnya dapat diartikan pula memuja, menghormati, berkorban,
mengabdi, berbuat baik (kebajikan) pemberian, penyerahan dengan penuh kerelaan
(tulus iklas) berupa apa yang dimiliki demi kesejaterahan serta kesempurnaan
hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa. Pelaksanaan yadnya bukan
hanya sebagai tanda kehidupan beragama, kitab Atharwa weda menjelaskan sebagai
berikut :
“Satyam brhad rtam ugram, diksa tap brahma
yadnyah prthiwin dharayanti,
sa no bhutasya asya patyanyurumlokam”.
(Atharwa weda,XII.I)
Artinya:
Kebenaran hokum yang agung, yang kokoh dan suci,
tapa, bratha, doa dan yadnya inilah yang menegakkan bumi, semoga bumi ini
sepanjang massa memberikan tempat melegakan bagi kami.
Demikianlah
kitab Atharwa Weda menjelaskan, bahwa yadnya adalah salah satu pilar payangan
tegaknya kehidupan di dunia ini. Kitab Bhagawadgita juga memberikan petunjuk
tentang yadnya kepada kita, sebagai berikut :
“
Sahayajnah Praja srshtva kalkun vacha prajapati,
Anena prasavisyadhvam esa vo
stvistakhamadhuk”(Bhagawadgita, III.10)
Artinya :
Pada
zaman dahulu kala prajapati (tuhan) menciptakan manusia dengan yadnya dan
bersabda, dengan ini engkau akan mengembangkan serta memelihara kehidupannya.
Tujuan Yadnya :
Tuhan
menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kelangsungan hidup manusia maka
dari itu sudah sepatutnya kita membalas
dengan cara mengucapkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dengan cara yadnya yang di lakukan dengan rasa tulus ikhas baik itu yadnya yang
bersifat kecil maupun yadnya yang bersifat besar (agung). Sehingga dengan kita
melakukan sebuah yadnya maka akan terjadi hubungan keseimbangan Antara tuhan,
manusia, dan alam (Tri Hita Karana) sesuai dengan konsep agama hindu dimana
jika kita dapat mewujudkan keseimbangan maka akan terwujud pula keharmonisan
hidup yang di dambakan oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Seperti di dalam
Bhagawadgita III.2 menyebutkan :
‘ishtan
blogan, hivodeva, donsyante yajna bhavitah
Tair
dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah”
Artinya:
Dipelihara
oleh yadnya para dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan. Ia
yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanya adalah
pencuri.
Selanjutnya
Sloka Bhagawadgita III.13 Menyatakan:
“yajna sisya sinah santo, nucyanta
sarwa kilbisaih, bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat”
Artinya:
Orang yang baik, maka apa yang tersisa
dari yadnya mereka itu terlepas dari segala dosa, akan tetapi mereka yang jahat
yang menyediakan makanan kepentingan sendiri, mereka itu adalah makan dosanya
sendiri.
Jadi
sesuai dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa yadnya itu merupakan
sebuah persembahan yang dilakukan secara tulus ikhlas dengan tujuan untuk
melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan dengan cara menciptakan
kesembangan dalam hubungannya (Tri Hita Karana) untuk mewujudkan kebahagian di
dunia ini. Selain itu juga tujuan yadnya yaitu untuk menciptakan kelangsungan
kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara :
-
Membayar Rna (hutang) untuk mencapai
kesempurnaan hidup
Melebur dosa untuk
mencapai kebebasan yang sampurna
1. Untuk
Mengamalkan Ajaran Weda.
Weda
adalah sumber ajaran Hindu. Sebagai sumber ajaran, di dalam weda-lah seluruh
praktik ajaran hindu tersirat dan tersurat.
2. Untuk
Meningkatkan Kualitas Diri
Dalam
ajaran agama dan ajaran pengendalian diri, manusia perlu mengendalikan
pikirannya agar dapat dengan baik mencapai harapan hidupnya. Dari sisi
peningkatan diri, yadnya pada hakekatnya merupakan pengorbanan suci yang
bertujuan mengurangi rasa egois manusia
3. Untuk
penyucian
Beryadnya
merupakan salah satu upaya untuk mengamalkan ajaran agama jnanam phalam. Setiap
saat bila akan melaksanakan upacara baik bersifat kecil maupun besar,
sebelumnya mesti didahului dengan melaksanakan penyucian diri dan lingkungan
sekitar.
4. Untuk
dijadikan sarana berhubungan dengan tuhan.
Umat
yang melaksanakan yadnya juga melaksanakan yoga, yaitu pemusatan pikiran
kehadapan tuhan dan pengendalian diri secara utuh
5. Untuk
mencetuskan rasa terima kasih.
Berterima
kasih merupakan salah satu kewajiban kita menjadi manusia dapat menyatakan rasa
syukur baik melalui pikiran merupakan sebuah yadnya.
Nilai-Nilai yang
terkandung di Dalam Sebuah Yadnya
Yadnya adalah suatu
karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa/ rohani dalam
kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada
(Weda). Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi,
berbuat baik (kebajikan), pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan
(tulus ikhlas) berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan
hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Di dalamnya terkandung nilai- nilai:
Di dalamnya terkandung nilai- nilai:
Di Dalam Yadnya Terkandung
Nilai-Nilai
1. Rasa Tulus Ikhlas dan
Kesucian
2. Rasa Bhakti da Memuja
(menghormati) Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara,Leluhur, Negara dan Bangsa,
dan Kemanusiaan
3. Di Dalam Pelaksanaan di
Sesuaikan dengan Kemampuan masing-masing menurut tempat (desa), waktu (kala),
dan keadaan (patra).
4. Rasa Kebersamaan
5. Suatu ajaran dan catur
weda yang merupakan sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.
1.Rasa Tulus Ikhlas dan Kesucian
Yadnya di dalam suatu upakara haruslah di dilandasi oleh rasa tulus
ikhlas dengan rasa yang senang. Persembahan yang tulus ikhlas dan dilandasi
hati yang bersih niscaya tuhan akan menerima persembahan yang kita haturkan
kepada beliau. jika apa yang kita persembahkan itu ingin di terima tuhan, maka
kita harus memberinya dengan rela, tulus dan suka cita tanpa ada motivasi
terselubung dibalik itu dan jangan sampai kita memberikan dengan terpaksa atau
karena dipaksa oleh pihak lain, jika tidak, maka persembahan kita tidak akan
berarti apa-apa dihadapan tuhan dan tidak mendapatkan berkat bagi kita. Mungkin
dengan persembahan yang diberikan orang lain disenangkan, tapi belum tentu hal
itu menyenangkan hati tuhan. Dalam persembahan yang tulus ikhlas tuhan tidak
melihat besar kecilnya persembahan yang kita persembahkan, namun motivasi dan
ketulusan hati kita. Dan jangan pernah hitung-hitungan dengan tuhan, apalagi
menahan berkat yang seharusnya kita salurkan kepada yang berhak menerima.
2.Nilai
Bakti dan taqwa terhadap Ida Sanya Hyang Widhi wasa
Yadnya adalah suatu
persembahan korban suci kepada Sang hyang widhi wasa dan seluruh
manifestasi-nya yang terdiri dari Brahma selaku dewa pencipta, Wisnu selaku
dewa pemelihara dan Siwa selaku maha Pralina (pengembali ke asalnya) dengan
mengadakan persembhayangan bersama, muspe di pura serta melakukan Tri Sandhya (bersembahyang tiga kali
sehari). Korban suci tersebut dilaksanakan pada hari-hari suci, hari peringatan
(rerahinan), hari ulang tahun (pewedalan) atau hari-hari raya lainnya seperti
hari raya galungan, hari raya saraswati, hari raya nyepi dan lain-lainnya
3.
Rasa
Keikhlasan sesuai dengan kemampuan
Yadnya adalah korban suci secara
tulus ikhlas dalam rangka memuja Hyang Widhi. Pada dasarnya Yadnya adalah
penyangga dunia dan alam semesta, karena alam dan manusia diciptakan oleh Hyang
Widhi melalui Yadnya. Pada masa srsti yaitu penciptaan alam Hyang Hidhi dalam
kondisi Nirguna Brahma ( Tuhan dalam wujud tanpa sifat ) melakukan Tapa
menjadikan diri beliau Saguna Brahma ( Tuhan dalam wujud sifat Purusha dan
Pradhana ). Dari proses awal ini jelas bahwa awal penciptaan awal dilakukan
Yadnya yaitu pengorbanan diri Hyang Widhi dari Nirguna Brahma menjadi Saguna
Brahma . Selanjutnya semua alam diciptakan secara evolusi melalui Yadnya.
Dalam Bhagawadgita Bab III, sloka 10 disebutkan :
saha-yajòàá prajàh såûþwà purowàca prajàpatih; anena prasawiûyadham eûa
wo ‘stw iûþa-kàma-dhuk
artinya :
Dahulu
kala Prajapati ( Hyang Widhi ) menciptakan manusia dengan yajnya dan bersabda;
dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk keinginanmu.
Dari satu sloka di atas jelas bahwa manusia saja diciptakan
melalui yadnya maka untuk kepentingan hidup dan berkembang serta memenuhi
segala keinginannya semestinya dengan yadnya. Manusia harus berkorban untuk
mencapai tujuan dan keinginannya. Kesempurnaan dan kebahagiaan tak mungkin akan
tercapai tanpa ada pengorbanan. Contoh sederhana bila kita memiliki secarik
kain dan berniat untuk menjadikannya sepotong baju, maka kain yang utuh
tersebut harus direlakan untuk dipotong sesuai dengan pola yang selanjutnya
potongan-potongan tersebut dijahit kembali sehingga berwujud baju. Sedangkan
potongan yang tidak diperlukan tentu harus dibuang. Jika kita bersikukuh tidak
rela kainnya dipotong dan dibuang sebagian maka sangat mustahil akan memperoleh
sepotong baju. Dari gambaran sederhana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
demi mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup maka kita harus rela
mengorbankan sebagian dari milik kita. Hyang Widhi akan merajut
potongan-potongan pengorbanan kita dan menjadikannya sesuai dengan keinginan
kita. Tentu saja pengorbanan ini harus dilandasi rasa cinta, tulus dan ikhlas.
Tanpa dasar tersebut maka suatu pengorbanan bukanlah yadnya. Pengorbanan dalam
hal ini bukan saja dalam bentuk materi. Segala aspek yang dimiliki manusia
dapat dikorbankan sebagai yadnya, seperti; korban pikiran, pengetahuan, ucapan,
tindakan , sifat, dan lain-lain termasuk nyawa sendiri dapat digunakan sebagai
korban.
Dengan demikian dikatakan bahwa
manusia di ciptakan berasal dari yadnya maka dari itu kita sebagai manusia
haruslah mempersembahkan yadnya agar tercipta hubungan yang harmonis Antara
Tuhan,Manusia dan Alam (Tri Hita Karana) namun didalam pelaksanaannya kita
sebagai manusia haruslah mempersembahkan sesuai dengan kemampuan yang kita
miliki karena sesungguhnya tuhan tidak pernah memaksakan ciptaannya untuk
melakukan sesuatu hal yang diluar kemampuannya.
4.
Rasa kebersamaan
Dalam
melaksanakan yadnya diperlukan suatu pengorbanan baik itu pengorbanan diri
sendiri maupun menyangkut orang lain. Ajaran moral dan etika dapat dipetik di
dalam melaksanakan sebuah yadnya yaitu yadnya mendidik umat manusia untuk
melaksanakan pekerjaan dengan tulus ikhlas, dan pekerjaan yang dilakukan
diabdikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi hal ini akan mengurangi rasa
mementingkan diri sendiri dan egoism. Selain mengandung nilai etika dan moral
yang tinggi, yadnya juga menuntut umat manusia untuk memahami hakekat dirinya
sendiri, merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
Contohnya : di
dalam melakukan sebuah upacara yadnya di pura atau yang disebut dengan karya
agung pastinya kita tidak bisa melakukan atau menyelesaikan sebuah upacara
yadnya tersebut dengan seorang diri apalagi sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan, maka dari itu klian adat akan mengundang semua krame untuk hadir
bergotong royong/bekerjasama untuk menyelesaikan rangkaian dari upacara
tersebut. Menghadiri undangan dan memperlakukan sopan merupakan perwujudan
nilai sosial yang hidup dan berkembang di desa pakraman yang bersangkutan.
Demikian banyak hal yang terkandung di dalam sebuah yadnya yaitu nilai luhur dan ketika kita mampu memaknai
dan melaksanakan makna moksatham jagathita (kesejaterahaan di dunia dan
diakhirat) yang kita cita-citakan akan tercapai.
6.
Suatu
ajaran dan catur weda yang merupakan sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran
yang abadi.
Dengan ilmu
pengetahuan orang dapat hidup lebih baik, lebih nyaman dan bahagian tetapi
dengan ilmu pengetahuan pula, jutaan orang dapat juga di buat gelisah dan hidup
sengsara. Ilmu pengetahuan yang merupakan wara nugraha-nya sesungguhnya adalah
netral. Ilmu pengetahuan akan menjadi baik dan berguna bagi manusia dan
kemanusian. Ilmu pengetahuan dapat menjadi kejam dan ganas ditangan orang yang
tidak bertanggung jawab. Karena itu watak dan moral serta dan terutama adalah
kerokhanian agama harus selalu berjalan di depan dan memberi arah kepada ilmu
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan
yang berlambangkan sebagai dedikasi dan bhakti umat manusia kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah menurunkannya.
Contonya: Saraswati yadnya, dimana
di dalam upakara dan rangkaian hari raya saraswati yang kita rayakan, makna
saraswati adalah sebagai berikut : Manusia di ciptakannya mempunyai suatu
kelebihan yang luar biasa bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.
Dengan pikiran dan kemampuan yang dimiliki, umat sanggup dan wajib memanfaatkan
wara nugraha pangwerung yang diturunkan-nya kepada umatnya untuk menuingkatkan
kehidupan rohani dan demi tercapainya cita-cita suci yaitu Moksa dan Jagathita
(kebahagian dan kesejaterahan lahir dan bhatin).
Tentang
kewajiban untuk meningkatkan kerohanian umat, dalam Bhagawadgita menyebutkan
bahwa seseorang harus meningkatkan dirinya dengan jalan memakai kemampuan
pikirannya, jangan menurunkan derajat dirinya karena pikiran adalah teman bagi
atma yang terikat, tetapi pikiran itupun musuhnya juga.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan teman yang baik yang akan
menghantarkan kita menuju masa depan yang lebih baik dan memberikan hikmah
dalam kehidupan sehari-hari, di timba seumur hidup dan harus diamalkan untuk
kemanusiaan.
0 komentar:
Posting Komentar