Persahabatan Dua Bianatang 

Di sebuah pohon yang rindang di dalam Hutan yang lebat ,ada dua Ekor binatang yng bersahabat si burung manyar dan Wanara ( kera ). Keduanya sering bercakap-cakap tentang masalah kehidupannya.
Saling berbagi rasa dan saling tolong-menolong. Pada suatu hari mereka terlibat sebuah percakapan yang cukup serius. Sang burung manyar memulai percakapan : ‘’ Hai Sahabat ku ( Wanara ),aku lihat selama ini kau dan anak-anakmu sering berpindah-pindah tempat, apa tidak sebaiknya kau membikin rumah seperti aku, dengan begitu hidupmu jadi lebih berarti dank au lebuh punya kesibukan ‘’: sang wanara berbalik bertanya “ Untuk apa membuat rumah,dengan hidup tanpa membuat rumah aku sudah bahagia. Apa engkau dengan susah payah membuat sarang seperti itu ,apa hidupmu sudah Bahagia ??””
              Dengan bersungguh hati Si Burung Manyar menjelaskan tentang kegunaan dan manfaat sebuah Rumah.” Sahabatku , rumah itu banyak sekali gunanya. Dengan mempunyai rumah kita dapat berteduh dari kehujanan dan berlindung di kala kepanasan dan kedinginan. Kita terhindar dari terpaan angin kencang.kita dapat kenyamanan hidup, bercanda ria dan bercengkrama bersama keluarga. Aku sarankan kepadamu cobalah membuat rumah nanti kau akan tahu merasakan. Karena begitu nayak dan besar manfaatnya’’.
Sang Wanara kemudian menyahut :’’ ya bangsa burung memang budayanya membuat sarang .waktu kalian habis hanya untuk membuat rumah,lalu kalian kapan ada waktu untuk bersenang-senang seperti aku ?”” Si Burung Manyar kembali meyakinkan Sang Wanara dengan sungguh-sungguh dan begitu penuh semangat ;” Hai Sang Wanara ,tidakkah kamu terkenang dengan para leluhurmu ,nenek moyangmu,mereka adalah para Ksatria dan prajurit tangguh dari Sang Ramadewa. Sang Sugriwa dan Sang Anoman terkenal karena keperkasaannya. Mereka bahkan mampu dan sanggup membuat jembatan yang kokoh dan panjang serta menuju ke negeri alengka . kemudian mereka menyerbu Negeri itu dan menghancurkan Negeri alengka yang terkenal dengan Prajurit yang Gagah dan perkasa.”Mengapa engkau tidak meniru jejak Nenek Moyang yang Agung dan luhur itu.nama mereka bahkan hingga kini dicatat dalam tinta sejarah Emas. Aku member nasehat ini kepadamu adalah demi kebaikanmu juga Sahabatku.Tirulah Nenek Moyangmu,warisan leluhurmu yang begitu agung dan adiluhung.Mengapa kerjamu hanya bermalas-malasan,tidur-tiduran,tanpa berusaha untuk membangun rumah untuk anak-anakmu? Engkau biarkan anak-anakmu bergelantungan dibadanmu kemanapun engkau pergi.kepanasan dan kehujanan,brpindah dari satu pohon kepohon yang lain, tanpa mampu engkau lindungi dengan baik “.dan banyak lagi nasehat Si burung manyar kepada Sang Wanara.Tetapi semua nasehatnya tidak dihiraukan oleh Sang Wanara .Dia tetap bergelayutan di cabang pohon .Tidur sambil berpegangan di dahan dan menggendong anak yang masih merah tanpa Bulu. Si Burung Manyar amat prihatin menyaksikan hal ini.
           Karena merasa nasehatnya tidak dihiraukan oleh sahabatnya ,maka pada suatu hari Si Burung manyar pergi ke sebuah Padepokan . Sebuah Peshraman seoranSulinggih yang Arif bijaksana.Kesanalah ia memohon nasehat dan petunjuk mengenai tingkah laku sahabatnya Sang Wanara (kera ).kerena dia sudah kehabisan bahan dan akal untuk meyakinkan sang Wanara, mengenai manfaat sebuah rumah, bagi sebuah keluarga,setelah tiba di sana Si burung manyar menghaturkan sembah Bhakti .
“ Singgih Ratu Peranda sane suksemayang Titiang ,tiang tangkil meriki, santukan nunas bawos,tur piteket-piteket Anggen titian bekel nuturan brayan titian,e Sang wanara’’ Bagaimana cara hamba menasehati lagi  agar sahabat hamba mau untuk membuat Rumah , hamba kasihan melihat anak-anaknya ,giginya mengelitik dan badannya menggil disaat kehujanaan ,begitu juga sebaliknya di saat panasnya terik matahari
Setiap kali hamba bertemu dengan sahabat hamba ,hamba selalu memperingati sahabat hamba agar mau membuat rumah demi masa depannya” Demikian Si burng Manyar mengadu kepada sang pandita.

Mendengar penuturan Sang Burung Manyar, sang pandita yang arif bijaksana itu menganggut-manggut sambil memahami duduk persoalannya. Dengan bijak beliau berkata “”anakku Burung Manyar , janganlah melengkungkan kayu yang tidak selayaknya di lengkungkan . jika di paksakan kayu tersebut akan patah.Jangan pula menjalakan kereta yang tidak beoda. Jangan sekali-kali member nasehat kepada orang yang tidak menghendaki. Akan sia-sia pebuatan yang engkau lakukan semuanya itu tanpa guna . Malahan bisa berakibat lain dari yang dikehendaki . Jadi biarkanlah Sang Wanara itu ,mungkin dengan membuat rumah dan tempat tinggal di dalamnya dia tidak merasa bahagia .sebab semua mahluk sudah mempunyai Kodrat sendiri-sendiri .Ikan yang biasa hidup di Air tidak mungkin di ajak hidup di darat. Walaupun menurut pandanmganpun hidup didarat jauh lebuh enak dari pada di air. Nasehat yang diberikan akan sia-sia dan tidak berguna ,serta membuang-buang waktu ‘’ Demikian nasehat pendeta kepada Sang Burung Manyar.  

SEMOGA BERMANFAAT "Om Shanti, Shanti, Shanti, Om"

0 komentar:

Posting Komentar

kalender Bali

About this blog

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Followers

Blogger news

Blogroll

About

Blogger templates

Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates