Persahabatan Dua Bianatang 

Di sebuah pohon yang rindang di dalam Hutan yang lebat ,ada dua Ekor binatang yng bersahabat si burung manyar dan Wanara ( kera ). Keduanya sering bercakap-cakap tentang masalah kehidupannya.
Saling berbagi rasa dan saling tolong-menolong. Pada suatu hari mereka terlibat sebuah percakapan yang cukup serius. Sang burung manyar memulai percakapan : ‘’ Hai Sahabat ku ( Wanara ),aku lihat selama ini kau dan anak-anakmu sering berpindah-pindah tempat, apa tidak sebaiknya kau membikin rumah seperti aku, dengan begitu hidupmu jadi lebih berarti dank au lebuh punya kesibukan ‘’: sang wanara berbalik bertanya “ Untuk apa membuat rumah,dengan hidup tanpa membuat rumah aku sudah bahagia. Apa engkau dengan susah payah membuat sarang seperti itu ,apa hidupmu sudah Bahagia ??””
              Dengan bersungguh hati Si Burung Manyar menjelaskan tentang kegunaan dan manfaat sebuah Rumah.” Sahabatku , rumah itu banyak sekali gunanya. Dengan mempunyai rumah kita dapat berteduh dari kehujanan dan berlindung di kala kepanasan dan kedinginan. Kita terhindar dari terpaan angin kencang.kita dapat kenyamanan hidup, bercanda ria dan bercengkrama bersama keluarga. Aku sarankan kepadamu cobalah membuat rumah nanti kau akan tahu merasakan. Karena begitu nayak dan besar manfaatnya’’.
Sang Wanara kemudian menyahut :’’ ya bangsa burung memang budayanya membuat sarang .waktu kalian habis hanya untuk membuat rumah,lalu kalian kapan ada waktu untuk bersenang-senang seperti aku ?”” Si Burung Manyar kembali meyakinkan Sang Wanara dengan sungguh-sungguh dan begitu penuh semangat ;” Hai Sang Wanara ,tidakkah kamu terkenang dengan para leluhurmu ,nenek moyangmu,mereka adalah para Ksatria dan prajurit tangguh dari Sang Ramadewa. Sang Sugriwa dan Sang Anoman terkenal karena keperkasaannya. Mereka bahkan mampu dan sanggup membuat jembatan yang kokoh dan panjang serta menuju ke negeri alengka . kemudian mereka menyerbu Negeri itu dan menghancurkan Negeri alengka yang terkenal dengan Prajurit yang Gagah dan perkasa.”Mengapa engkau tidak meniru jejak Nenek Moyang yang Agung dan luhur itu.nama mereka bahkan hingga kini dicatat dalam tinta sejarah Emas. Aku member nasehat ini kepadamu adalah demi kebaikanmu juga Sahabatku.Tirulah Nenek Moyangmu,warisan leluhurmu yang begitu agung dan adiluhung.Mengapa kerjamu hanya bermalas-malasan,tidur-tiduran,tanpa berusaha untuk membangun rumah untuk anak-anakmu? Engkau biarkan anak-anakmu bergelantungan dibadanmu kemanapun engkau pergi.kepanasan dan kehujanan,brpindah dari satu pohon kepohon yang lain, tanpa mampu engkau lindungi dengan baik “.dan banyak lagi nasehat Si burung manyar kepada Sang Wanara.Tetapi semua nasehatnya tidak dihiraukan oleh Sang Wanara .Dia tetap bergelayutan di cabang pohon .Tidur sambil berpegangan di dahan dan menggendong anak yang masih merah tanpa Bulu. Si Burung Manyar amat prihatin menyaksikan hal ini.
           Karena merasa nasehatnya tidak dihiraukan oleh sahabatnya ,maka pada suatu hari Si Burung manyar pergi ke sebuah Padepokan . Sebuah Peshraman seoranSulinggih yang Arif bijaksana.Kesanalah ia memohon nasehat dan petunjuk mengenai tingkah laku sahabatnya Sang Wanara (kera ).kerena dia sudah kehabisan bahan dan akal untuk meyakinkan sang Wanara, mengenai manfaat sebuah rumah, bagi sebuah keluarga,setelah tiba di sana Si burung manyar menghaturkan sembah Bhakti .
“ Singgih Ratu Peranda sane suksemayang Titiang ,tiang tangkil meriki, santukan nunas bawos,tur piteket-piteket Anggen titian bekel nuturan brayan titian,e Sang wanara’’ Bagaimana cara hamba menasehati lagi  agar sahabat hamba mau untuk membuat Rumah , hamba kasihan melihat anak-anaknya ,giginya mengelitik dan badannya menggil disaat kehujanaan ,begitu juga sebaliknya di saat panasnya terik matahari
Setiap kali hamba bertemu dengan sahabat hamba ,hamba selalu memperingati sahabat hamba agar mau membuat rumah demi masa depannya” Demikian Si burng Manyar mengadu kepada sang pandita.

Mendengar penuturan Sang Burung Manyar, sang pandita yang arif bijaksana itu menganggut-manggut sambil memahami duduk persoalannya. Dengan bijak beliau berkata “”anakku Burung Manyar , janganlah melengkungkan kayu yang tidak selayaknya di lengkungkan . jika di paksakan kayu tersebut akan patah.Jangan pula menjalakan kereta yang tidak beoda. Jangan sekali-kali member nasehat kepada orang yang tidak menghendaki. Akan sia-sia pebuatan yang engkau lakukan semuanya itu tanpa guna . Malahan bisa berakibat lain dari yang dikehendaki . Jadi biarkanlah Sang Wanara itu ,mungkin dengan membuat rumah dan tempat tinggal di dalamnya dia tidak merasa bahagia .sebab semua mahluk sudah mempunyai Kodrat sendiri-sendiri .Ikan yang biasa hidup di Air tidak mungkin di ajak hidup di darat. Walaupun menurut pandanmganpun hidup didarat jauh lebuh enak dari pada di air. Nasehat yang diberikan akan sia-sia dan tidak berguna ,serta membuang-buang waktu ‘’ Demikian nasehat pendeta kepada Sang Burung Manyar.  

SEMOGA BERMANFAAT "Om Shanti, Shanti, Shanti, Om"










Om Svastyastu,
Om Avighnam Astu Namo Siddham
Om Anno Bhadrah Krattavo Yantu Visvattah

          Sebelumnya, marilah kita sama-sama menghaturkan sembah sujud bhakti kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa), karena atas Asung Krta Wara Nugraha Beliaulah kita dapat berkumpul bersama-sama dalam acara rutin kita ini dengan tiada kekurangan satu apapun.
      Sebelum lebih jauh Bapak berbicara, terlebih dahulu Bapak akan menyampaikan tema dharma wacana yang akan Bapak sampaikan. Adapun tema dharma wacana kali ini adalah “Kewajiban Sisya dalam masa Brahmacari”. Tema ini sengaja Bapak angkat, mengingat dan melihat fakta-fakta dilapangan, banyak sekali siswa-siswa Hindu yang memiliki perilaku dan sikap yang menyimpang dari ajaran-ajran yang ada dalam agama Hindu. Ini menunjukan bahwa betapa lemahnya iman dan sraddha siswa terhadap agama dan kepercayaan yang dianut. Dari permasalahan ini, maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan semisal, “Kenapa masalah ini timbul? Siapakah yang bertanggung jawab dalam masalah ini? Mengapa sraddha siswa begitu lemah sehingga muncul permasalahan-permasalahan tersebut? Nah dengan pertanyaan itu, maka akan Bapak singgung sedikit disini, mengenai kewajiban-kewajiban siswa dalam masa menuntut ilmu, baik di sekolah maupun dirumah serta di lingkungan masyarakat.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Bapak ingin bertanya terlebih dahulu, Apa itu Brahmacari?
Siapa saja yang termasuk ke dalam masa Brahmacari Asra
Apakah kewajiban-kewajiban masa Brahmacari sesuai dengan ajaran agama Hindu?
     Mungkin kalian sedikit banyak telah memahami pengertian tentang brahmacari asram, akan tetapi dengan keadaan psikolog dan jiwa kalian pada saat sekarang ini yang masih sangat labil (goyah), kalian tidak dapat menjalankan ajaran-ajaran mengenai Brahmacari ini.
Seperti teori John Locke, kita terlahir itu seperti halnya kertas putih yang bersih, belum ada coretan sedikitpun, kemudian melalui keluarga, sekolah dan masyarakat, perlahan-lahan kertas putih itu akan terisi penuh coretan-coretan, baik itu coretan yang baik maupun coretan yang buruk. Nah, masa-masa seperti kalian inilah kalian memiliki beberapa coretan baik dan buruk, keduanya memiliki pengaruh yang sangat kuat, sehingganya masa sekarang jiwa kalian sering kali mengalami lonjakan, gairah, semangat dan ambisi yang memiliki grafik turun naik. Jika coretan-coretan yang buruk kalian sering lakukan, maka kalian akan menjadi orang yang bodoh dan terbelakang, baik dari segi kehidupan jasmani maupun rohani.
Untuk itu, maka sekolah dan keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk mendidik dan membersihkan coretan-coretan buruk kalian. Agar kelak kalian menjadi masusia yang “Manusya” yang memiliki iman dan sraddha yang kuat untuk menghadapi ancaman dan pengaruh kerasnya kehidupan di dunia pada masa global saat ini.
        Anak-anak yang bapak banggakan,..
Brahmacari adalah masa-masa kalian untuk menuntut ilmu, baik di lembaga formal maupun non formal. Masa ini merupakan masa uji atau masa yang sangat menentukan karma hidup kalian selanjutnya, jika kalian kuat menghadapi dan melewatinya niscaya kalian akan menjadi insane yang bahagia dan sejahtera dalam kehidupan (Jagadhita) dan alam baka (Moksa). Namun, jika kalian tidak mampu melewatinya, maka celakalah kalian. Contoh kecilnya seorang yang dalam masa sekolah, dia menjadi preman dan suka berantem karena ambisi, guna rajasnya yang tak terkendali, ego (Ahamkara) dan pikiranya diliputi kebodohan (avidya), dengan sikap demikian tentunya dia akan rugi sendiri, salah satunya, dia bisa terancam dikeluarkan dari sekolah, memiliki musuh yang bisa saja dapat mengancam kehidupanya kelak, menjadi terkenal dengan kejahatanya, susah memperoleh peluang dan bersaing dalam memperoleh pekerjaan untuk penompang hidup kelak, dsb.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Coba kalian renungkan, jika kalian mengalami hal tersebut?
Bagaimana orang tua kalian yang mengharapkan keturunanya dapat mengharumkan nama keluarga di masyarakat, namun yang terjadi malah sebaliknya. Jika hal ini terjadi, maka orang tua kalian akan merasa ditampar keras dan tentunya akan merasa malu dengan memiliki anak seperti kalian. Hidup orang tua kalian pun pastinya tidak akan dapat tenang baik di dunia maupun di alam kekal nantinya.
Apakah kalian bahagia, jika orang tua kalian seperti itu?
Apakah kalian bangga membuat orang tua kalian seperti itu?
Bapak yakin, kalian semua tidak mau orang tua yang melahirkan kalian menjadi susah, sengsara, menderita dan malu karena ulah kalian. Kalian adalah orang-orang yang pintar-pintar semua, jadi kalian bisa merenungkan kembali demi kalian dapat membahagiakan orang tua kalian.
Kalian bisa????
       Anak-anak yang berbahagia,..
Tadi merupakan sedikit gambaran tentang brahmacari, dengan gambaran tersebut, kita akan tahu lebih jauh mengenai siapa saja yang termasuk ke dalam brahmacari asram?
Dalam ajaran agama Hindu, brahmacari merupakan urutan yang pertama dari Catur Asrama yang merupakan empat tingkatan atau masa hidup manusia, kemudian Grhasta, yaitu masa berumah tangga, kemudian wanaprastha, yaitu masa hidup mengasingkan diri dari kehidupan duniawi, yang terakhir Bhiksuka/Sanyasin yaitu masa memperdalam tingkat spiritual lebih lanjut agar dapat memperoleh moksa.
Keempat asram ini, memiliki kewajiban-kewajiban dan juga pantangan-pantangan yang harus dipatuhi.
Yang termasuk ke dalam brahmacari asram adalah mereka yang masuk ke dalam tahapan belajar ilmu pengetahuan. Yaitu sejak orang itu dilahirkan hingga dia benar-benar telah menjadi insane yang berpribadi, mandiri, bijaksana, dan dewasa. Kemudian yang termasuk ke dalam Grhasta asram adalah mereka yang telah dewasa dan siap lahir dan bhatin untuk melangkah ke pawiwahan atau perkawinan. Kemudian yang termasuk ke dalam wanaprastha asram adalah mereka yang telah mampu membentuk keluarga yang sakhinah dan sejahtera, sehingganya tidak terikat lagi oleh kewajiban-kewajiban dan tugas-tugasnya sebagai orangtua kepada anaknya. Yang terakhir, Bhiksuka, mereka yang telah benar-benar sadar akan kebeeradaan Tuhan, sehingganya mereka tidak lagi terikat hal-hal yang bersifat keduniawian. Nah dengan demikian, bagaimana dengan kalian, termasuk ke dalam asram yang mana?
Anak-anak yang bapak sayangi,…
Tugas dan kewajiban brahmacari adalah seperti tadi bapak uraikan, kalian harus belajar dan belajar. Belajar ilmu pengetahuan, teknologi, agama, social dan ilmu-ilmu yang lainya. Karena manusia itu memiliki tingkat intelektual yang sama dengan ilalalng, ketika kalian berada pada usia sekarang ini, kalian bagaikan tunas baru dari ilalang, sangat tajam, namun semakin tua usia kalian, maka ketajaman itu akan berkurang dan akhirnya kalian merunduk dan tidur selamanya.
Jadi, masa-masa seperti saat sekarang inilah, masa-masa kalian harus benar-benar serius, dan benar-benar memusatkan konsentrasi untuk belajar, ingat hari ini tidak akan kalian temukan esok, lusa atau kapanpun, masa ini kalian tidak temukan juga besok atau kapanpun. Coba kalian renungkan, saat-saat sekarang inilah kalian harus belajar dan belajar untuk hari esok kalian.
Anak-anak yang bapak banggakan,..
Ilmu pengetahuan itu, sifatnya tidak seperti memakan cabai, sekarang dimakan sekarang pedas. Jadi sekarang kita belajar, tidak harus sekarang guna dari ilmu itu kita pergunakan, akan tetapi kelak dalam kehidupan yang akan kalian jalani lebih lanjut lagi.
Disamping belajar, siswa juga harus melaksanakan brata (pengendalian diri) untuk melaksanakan disiplin-disiplin di sekolah sebagai tempat menuntut ilmu. Jangan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari displin yang ditetapkan oleh sekolah.





Nilai-Nilai di Dalam Sebuah Keikhlasan/Pengorbanan di Dalam (Yadnya)



Yadnya berasal dari Bahasa sansekerta dari kata Yaj yang berati memuja atau melakukan pengorbanan. Dari kata yaj timbul beberapa kata, Antara lain: yajus, yajna dan yajamana. Kata yajna sendiri berarti korban suci, yajamana artinya orang yang melaksanakan yajna. Jadi pengertin yajna (yadnya) adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih untuk kepentingan umat manusia dan alam sekitarnya.
Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas kerena getaran jiwa/ rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada (Weda). Yadnya dapat diartikan pula memuja, menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik (kebajikan) pemberian, penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus iklas) berupa apa yang dimiliki demi kesejaterahan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa. Pelaksanaan yadnya bukan hanya sebagai tanda kehidupan beragama, kitab Atharwa weda menjelaskan sebagai berikut :
  “Satyam brhad rtam ugram, diksa tap brahma yadnyah prthiwin dharayanti,
   sa no bhutasya asya patyanyurumlokam”. (Atharwa weda,XII.I)
Artinya:
Kebenaran hokum yang agung, yang kokoh dan suci, tapa, bratha, doa dan yadnya inilah yang menegakkan bumi, semoga bumi ini sepanjang massa memberikan tempat melegakan bagi kami.
Demikianlah kitab Atharwa Weda menjelaskan, bahwa yadnya adalah salah satu pilar payangan tegaknya kehidupan di dunia ini. Kitab Bhagawadgita juga memberikan petunjuk tentang yadnya kepada kita, sebagai berikut :
            “ Sahayajnah Praja srshtva kalkun vacha prajapati,
Anena prasavisyadhvam esa vo stvistakhamadhuk”(Bhagawadgita, III.10)
Artinya :
Pada zaman dahulu kala prajapati (tuhan) menciptakan manusia dengan yadnya dan bersabda, dengan ini engkau akan mengembangkan serta memelihara kehidupannya.
Tujuan Yadnya :
Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kelangsungan hidup manusia maka dari itu sudah sepatutnya kita membalas  dengan cara mengucapkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan cara yadnya yang di lakukan dengan rasa tulus ikhas baik itu yadnya yang bersifat kecil maupun yadnya yang bersifat besar (agung). Sehingga dengan kita melakukan sebuah yadnya maka akan terjadi hubungan keseimbangan Antara tuhan, manusia, dan alam (Tri Hita Karana) sesuai dengan konsep agama hindu dimana jika kita dapat mewujudkan keseimbangan maka akan terwujud pula keharmonisan hidup yang di dambakan oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Seperti di dalam Bhagawadgita III.2 menyebutkan :
            ‘ishtan blogan, hivodeva, donsyante yajna bhavitah
            Tair dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah”
Artinya:
Dipelihara oleh yadnya para dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanya adalah pencuri.
Selanjutnya Sloka Bhagawadgita III.13 Menyatakan:
“yajna sisya sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih, bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat”
Artinya:
Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari yadnya mereka itu terlepas dari segala dosa, akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri, mereka itu adalah makan dosanya sendiri.
Jadi sesuai dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa yadnya itu merupakan sebuah persembahan yang dilakukan secara tulus ikhlas dengan tujuan untuk melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan dengan cara menciptakan kesembangan dalam hubungannya (Tri Hita Karana) untuk mewujudkan kebahagian di dunia ini. Selain itu juga tujuan yadnya yaitu untuk menciptakan kelangsungan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara :
-          Membayar Rna (hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup
Melebur dosa untuk mencapai kebebasan yang sampurna
Adapun Fungsi[u1] [u2]  dan Makna di dalam sebuah upacara yadnya yaitu :
1.      Untuk Mengamalkan Ajaran Weda.
Weda adalah sumber ajaran Hindu. Sebagai sumber ajaran, di dalam weda-lah seluruh praktik ajaran hindu tersirat dan tersurat.
2.      Untuk Meningkatkan Kualitas Diri
Dalam ajaran agama dan ajaran pengendalian diri, manusia perlu mengendalikan pikirannya agar dapat dengan baik mencapai harapan hidupnya. Dari sisi peningkatan diri, yadnya pada hakekatnya merupakan pengorbanan suci yang bertujuan mengurangi rasa egois manusia
3.      Untuk penyucian
Beryadnya merupakan salah satu upaya untuk mengamalkan ajaran agama jnanam phalam. Setiap saat bila akan melaksanakan upacara baik bersifat kecil maupun besar, sebelumnya mesti didahului dengan melaksanakan penyucian diri dan lingkungan sekitar.
4.      Untuk dijadikan sarana berhubungan dengan tuhan.
Umat yang melaksanakan yadnya juga melaksanakan yoga, yaitu pemusatan pikiran kehadapan tuhan dan pengendalian diri secara utuh
5.      Untuk mencetuskan rasa terima kasih.
Berterima kasih merupakan salah satu kewajiban kita menjadi manusia dapat menyatakan rasa syukur baik melalui pikiran merupakan sebuah yadnya.

Nilai-Nilai yang terkandung di Dalam Sebuah Yadnya
Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa/ rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada (Weda). Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik (kebajikan), pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas) berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Di dalamnya terkandung nilai- nilai:
Di Dalam Yadnya Terkandung Nilai-Nilai
1.      Rasa Tulus Ikhlas dan Kesucian
2.      Rasa Bhakti da Memuja (menghormati) Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara,Leluhur, Negara dan Bangsa, dan Kemanusiaan
3.      Di Dalam Pelaksanaan di Sesuaikan dengan Kemampuan masing-masing menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan (patra).
4.      Rasa Kebersamaan
5.      Suatu ajaran dan catur weda yang merupakan sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.

1.Rasa Tulus Ikhlas dan Kesucian
Yadnya di dalam suatu upakara haruslah di dilandasi oleh rasa tulus ikhlas dengan rasa yang senang. Persembahan yang tulus ikhlas dan dilandasi hati yang bersih niscaya tuhan akan menerima persembahan yang kita haturkan kepada beliau. jika apa yang kita persembahkan itu ingin di terima tuhan, maka kita harus memberinya dengan rela, tulus dan suka cita tanpa ada motivasi terselubung dibalik itu dan jangan sampai kita memberikan dengan terpaksa atau karena dipaksa oleh pihak lain, jika tidak, maka persembahan kita tidak akan berarti apa-apa dihadapan tuhan dan tidak mendapatkan berkat bagi kita. Mungkin dengan persembahan yang diberikan orang lain disenangkan, tapi belum tentu hal itu menyenangkan hati tuhan. Dalam persembahan yang tulus ikhlas tuhan tidak melihat besar kecilnya persembahan yang kita persembahkan, namun motivasi dan ketulusan hati kita. Dan jangan pernah hitung-hitungan dengan tuhan, apalagi menahan berkat yang seharusnya kita salurkan kepada yang berhak menerima.
2.Nilai Bakti dan taqwa terhadap Ida Sanya Hyang Widhi wasa
Yadnya adalah suatu persembahan korban suci kepada Sang hyang widhi wasa dan seluruh manifestasi-nya yang terdiri dari Brahma selaku dewa pencipta, Wisnu selaku dewa pemelihara dan Siwa selaku maha Pralina (pengembali ke asalnya) dengan mengadakan persembhayangan bersama, muspe  di pura serta  melakukan Tri Sandhya (bersembahyang tiga kali sehari). Korban suci tersebut dilaksanakan pada hari-hari suci, hari peringatan (rerahinan), hari ulang tahun (pewedalan) atau hari-hari raya lainnya seperti hari raya galungan, hari raya saraswati, hari raya nyepi dan lain-lainnya
3.   Rasa Keikhlasan sesuai dengan kemampuan
Yadnya adalah korban suci secara tulus ikhlas dalam rangka memuja Hyang Widhi. Pada dasarnya Yadnya adalah penyangga dunia dan alam semesta, karena alam dan manusia diciptakan oleh Hyang Widhi melalui Yadnya. Pada masa srsti yaitu penciptaan alam Hyang Hidhi dalam kondisi Nirguna Brahma ( Tuhan dalam wujud tanpa sifat ) melakukan Tapa menjadikan diri beliau Saguna Brahma ( Tuhan dalam wujud sifat Purusha dan Pradhana ). Dari proses awal ini jelas bahwa awal penciptaan awal dilakukan Yadnya yaitu pengorbanan diri Hyang Widhi dari Nirguna Brahma menjadi Saguna Brahma . Selanjutnya semua alam diciptakan secara evolusi melalui Yadnya.
Dalam Bhagawadgita Bab III, sloka 10 disebutkan :

saha-yajòàá prajàh såûþwà purowàca prajàpatih; anena prasawiûyadham eûa wo ‘stw iûþa-kàma-dhuk

artinya :
Dahulu kala Prajapati ( Hyang Widhi ) menciptakan manusia dengan yajnya dan bersabda; dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk keinginanmu.
Dari satu sloka di atas jelas bahwa manusia saja diciptakan melalui yadnya maka untuk kepentingan hidup dan berkembang serta memenuhi segala keinginannya semestinya dengan yadnya. Manusia harus berkorban untuk mencapai tujuan dan keinginannya. Kesempurnaan dan kebahagiaan tak mungkin akan tercapai tanpa ada pengorbanan. Contoh sederhana bila kita memiliki secarik kain dan berniat untuk menjadikannya sepotong baju, maka kain yang utuh tersebut harus direlakan untuk dipotong sesuai dengan pola yang selanjutnya potongan-potongan tersebut dijahit kembali sehingga berwujud baju. Sedangkan potongan yang tidak diperlukan tentu harus dibuang. Jika kita bersikukuh tidak rela kainnya dipotong dan dibuang sebagian maka sangat mustahil akan memperoleh sepotong baju. Dari gambaran sederhana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa demi mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup maka kita harus rela mengorbankan sebagian dari milik kita. Hyang Widhi akan merajut potongan-potongan pengorbanan kita dan menjadikannya sesuai dengan keinginan kita. Tentu saja pengorbanan ini harus dilandasi rasa cinta, tulus dan ikhlas. Tanpa dasar tersebut maka suatu pengorbanan bukanlah yadnya. Pengorbanan dalam hal ini bukan saja dalam bentuk materi. Segala aspek yang dimiliki manusia dapat dikorbankan sebagai yadnya, seperti; korban pikiran, pengetahuan, ucapan, tindakan , sifat, dan lain-lain termasuk nyawa sendiri dapat digunakan sebagai korban.
Dengan demikian dikatakan bahwa manusia di ciptakan berasal dari yadnya maka dari itu kita sebagai manusia haruslah mempersembahkan yadnya agar tercipta hubungan yang harmonis Antara Tuhan,Manusia dan Alam (Tri Hita Karana) namun didalam pelaksanaannya kita sebagai manusia haruslah mempersembahkan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki karena sesungguhnya tuhan tidak pernah memaksakan ciptaannya untuk melakukan sesuatu hal yang diluar kemampuannya.

4. Rasa kebersamaan
Dalam melaksanakan yadnya diperlukan suatu pengorbanan baik itu pengorbanan diri sendiri maupun menyangkut orang lain. Ajaran moral dan etika dapat dipetik di dalam melaksanakan sebuah yadnya yaitu yadnya mendidik umat manusia untuk melaksanakan pekerjaan dengan tulus ikhlas, dan pekerjaan yang dilakukan diabdikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi hal ini akan mengurangi rasa mementingkan diri sendiri dan egoism. Selain mengandung nilai etika dan moral yang tinggi, yadnya juga menuntut umat manusia untuk memahami hakekat dirinya sendiri, merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
Contohnya : di dalam melakukan sebuah upacara yadnya di pura atau yang disebut dengan karya agung pastinya kita tidak bisa melakukan atau menyelesaikan sebuah upacara yadnya tersebut dengan seorang diri apalagi sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, maka dari itu klian adat akan mengundang semua krame untuk hadir bergotong royong/bekerjasama untuk menyelesaikan rangkaian dari upacara tersebut. Menghadiri undangan dan memperlakukan sopan merupakan perwujudan nilai sosial yang hidup dan berkembang di desa pakraman yang bersangkutan. Demikian banyak hal yang terkandung di dalam sebuah yadnya yaitu  nilai luhur dan ketika kita mampu memaknai dan melaksanakan makna moksatham jagathita (kesejaterahaan di dunia dan diakhirat) yang kita cita-citakan akan tercapai.
6.   Suatu ajaran dan catur weda yang merupakan sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.
Dengan ilmu pengetahuan orang dapat hidup lebih baik, lebih nyaman dan bahagian tetapi dengan ilmu pengetahuan pula, jutaan orang dapat juga di buat gelisah dan hidup sengsara. Ilmu pengetahuan yang merupakan wara nugraha-nya sesungguhnya adalah netral. Ilmu pengetahuan akan menjadi baik dan berguna bagi manusia dan kemanusian. Ilmu pengetahuan dapat menjadi kejam dan ganas ditangan orang yang tidak bertanggung jawab. Karena itu watak dan moral serta dan terutama adalah kerokhanian agama harus selalu berjalan di depan dan memberi arah kepada ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang berlambangkan sebagai dedikasi dan bhakti umat manusia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menurunkannya.
Contonya: Saraswati yadnya, dimana di dalam upakara dan rangkaian hari raya saraswati yang kita rayakan, makna saraswati adalah sebagai berikut : Manusia di ciptakannya mempunyai suatu kelebihan yang luar biasa bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Dengan pikiran dan kemampuan yang dimiliki, umat sanggup dan wajib memanfaatkan wara nugraha pangwerung yang diturunkan-nya kepada umatnya untuk menuingkatkan kehidupan rohani dan demi tercapainya cita-cita suci yaitu Moksa dan Jagathita (kebahagian dan kesejaterahan lahir dan bhatin).
Tentang kewajiban untuk meningkatkan kerohanian umat, dalam Bhagawadgita menyebutkan bahwa seseorang harus meningkatkan dirinya dengan jalan memakai kemampuan pikirannya, jangan menurunkan derajat dirinya karena pikiran adalah teman bagi atma yang terikat, tetapi pikiran itupun musuhnya juga.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan teman yang baik yang akan menghantarkan kita menuju masa depan yang lebih baik dan memberikan hikmah dalam kehidupan sehari-hari, di timba seumur hidup dan harus diamalkan untuk kemanusiaan.

 [u1]
 [u2] 


               Om atau AUM adalah suku kata yang paling suci dalam tradisi hindu yang sering digunakan dalam Budhhisme, kata Om sangat di sucikan sampai-sampai tidak boleh di dengarkan atau diucapkan, di dalam masyarakat Primitive kata Om merupakan suatu objek yang di puja, tapi juga ditakuti dan menjadi suatu yang tidak boleh untuk di ucap disembarangan tempat.

kita sebagai umat hindu, di dalam kehidupan sehari- hari sering mengucapkan lafal kata 'OM" karena semakin sering kita menggucapkan kata OM maka kekuatan spritual kita akan semakin meningkat.
kata OM sering diperdengarkan pada awal persembahhyangan dan di akhrir persembhayangan, dimana didalam kata OM melambangkan kesungguhan dari doa yang digunakan pada keadaan yang sekuler.
OM juga merupakan simbol dari penegasan atau doa, dipercaya bahwa dapat terhubung dengan 'Hum" yang digunakan dalam meditasi oleh para yogi yang memiliki makna dimana nantinya dapat menuju kebebasan.

kalender Bali

About this blog

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Followers

Blogger news

Blogroll

About

Blogger templates

Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates